Realitas Perbedaan Individu dan Aplikasinya dalam Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap individu yang terlahir di dunia berbeda
satu sama lain, tidak ada individu yang sama persis di dunia baik dalam fisik
maupun psikis-nya. Masing-masing individu memiliki fisik, sifat, perilaku,
kebiasaan-kebiasaan yang beragam. Bahkan perbedaan-perbedaan akan selalau ada
meskipun pada individu yang terlahir kembar identik sekalipun.
Perbedaan individu sesungguhnya merupakan
sebuah kodrat atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Menurut catatan sejarah
manusia, Tuhan menciptakan manusia pertama kali bernama Adam yang berjenis
kelamin laki-laki. Selain itu, Tuhan menciptakan Hawa yang berjenis kelamin
perempuan.
Perbedaan tersebut berpengaruh dalam proses
pembelajaran di kelas yang mereka ikuti. Misalnya ada siswa yang mampu memahami
materi pelajaran dengan cepat dan ada pula siswa yang kesulitan dalam memahami
materi pelajaran. Oleh sebab itu, sebagai seorang tenaga pendidik, diharapkan
mampu memahami dan mengerti perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa. Hal
tersebut sangat penting karena dengan mengetahui perbedaan-perbedaan pada
individu diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran di dalalm kelas agar
lebih efektif dan efisien.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian individu dan karakteristiknya?
2.
Bagaimana konsep dasar perbedaan individu?
3.
Apa saja area perbedaan individu?
4.
Bagaimana aplikasi teori perbedaan individu
siswa dalam proses pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Individu dan Karakteristiknya
1.
Pengertian Individu
Manusia adalah makhluk
yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. sejak lahir, bahkan sejak masih didalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan
psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrat manusia
yang harus mendapat perhatian secara
sesama.
2.
Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri
dan sifat atau karakteristik
bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.[1]
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa
digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap
tingkat perkembangan.[2] Seorang bayi
yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga
ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau konsepsi
kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak dan
bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing perangsang
tersebut, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain,
semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologi demi terbentuknya
tingkah laku manusia yang dibaa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suatu
pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai
individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
B.
Konsep Dasar Perbadaan Individu.
Masing-masing
individu pada umumnya memiliki kesamaan. Namun demikian, masing-masing individu
juga memiliki perbedaan, seperti alat indera masing-masing individu tidak sama
bentuk dan ukurannya, tangan dan kakinya, rambut dan sebagainya. Juga terkait
kecerdasan, kemampuan otak, perasaan serta keterampilan masing-masing individu
berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang kemudian
diterjemahkan sebagai perbedaan individu.
Perbedaan
individu berkaitan dengan pembahasan dalam psikologi kepribadian yang membahas
tentang perbedaan-perbedaan dan persamaan secara psikologis antar individu
dalam lingkungan sosialnya. Perbedaan individu dalam pendidikan dan
pembelajaran menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan
perbedaan siswa dalam hal berpikir, berperasaan, dan bertindak dalam satu
kelas. Hal ini sangat penting dikaji dan dipahami oleh guru, disebabkan salah
satu karakteristik pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang
memerhatikan dan merespons kebutuhan siswa. Selain itu, proses pembelajaran
akan terlaksana dengan baik apabila guru mampu mengerti, memahami, dan
memerhatikan perbedaan-perbedaan siswa dalam hal kemampuan (ability),
kesepian dan kematangan (maturity), dan kecepatan belajarnya.
Perbedaan
individu merupakan sebuah kenyataan tentang adanya perbedaan-perbedaan pada
setiap siswa. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi fisik maupun psikologis
dengan berbagai macam variasi dan jenis yang akan memengaruhi proses belajar
dan pembelajaran. Hasilnya, keberhasilan maupun kegagalan proses pembelajaran
akan terlihat dalam bentuk prestasi belajar dan perilaku siswa sebagai hasil
belajar. Artinya, prestasi belajar yang baik menunjukkan adanya proses belajar
dan pembelajaran yang baik. Sebaliknya, proses belajar dan pembelajaran yang
kurang baik akan terlihat dari mayoritas prestasi belajar siswa yang kurang
memuaskan.[3]
C.
Area Perbedaan Individu
1.
Sumber-sumber Perbedaan Individu
Perbedaan yang
muncul pada individu kembar identik, menunjukkan bahwa perbedaan antara satu
individu dengan individu yang lainnya yang merupakan sebuah kepercayaan. Banyak
pihak berpendapat tentang penyebab munculnya perbedaan-perbedaan pada setiap
diri manusia.
Penyesuaian
diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaan
atau saling mendekatkan diri.[4] Namun
demikian, secara umum faktor-faktor yang memengaruhi menyebabkan munculnya
perbedaan individu adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan.
a.
Faktor Bawaan
Faktor bawaan
disebut juga sebagai faktor keturunan, yaitu merupakan faktor biologis yang diwariskan
melalui mekanisme genetika dari generasi ke generasi. Sehingga individu sudah
memelliki pootensi sejak lahir di dunia.
Menurut Wasty Soemanto (2006: 82), faktor bawaan atau hereditas merupakan
proses pewarisan atau pemindahan faktor-faktor biologis sebagai karakteristik
individu dari pihak orang tuanya. Faktor bawaan ditentukan oleh kromosom yang
dibawa dari ibu melalui sel telur/ovum dan dari bapak malalui spermatozoa.
Perbedaan gen
pada setiap individu merupakan alasan mengapa muncul perbedaan fisik, sifat,
psikologis, dan perilaku dengan orang lain bahkan dengan saudara sendiri. Masing-masing gen mengandung petunjuk prooduksi protein
yang akan membentuk tubuh, kekuatan fisik, kecerdasan, sifat, dan perilaku
lainnya sebagai sifat-sifat turunan dari orang tuanya. Namun demikian faktor
bawaan ini tidak serta-merta menjadi faktor yang paling menetukan munculnya
perbedaan individu. Faktor lain juga mempengaruhi perbedaan individu adalah
faktor lingkungan. Hal ini disebabkan setiap individu akan selalu hidup dan
berkembang di sebuah lingkungan tertentu serta tidak akan pernah berada dalam
lingkungan ynag sama persis.[5]
b.
Faktor Lingkungan
Perkembangan
individu tidak saja ditentukan oleh
faktor pembawaan lahir, tetapi juga ditentukan oleh pengaruh lingkungan di
sekitarnya. Misalkan saja, anak yang terlahir di keluarga yang kaya akan
berbeda perilakunya dengan anak yang terlahir di keluarga yang miskin. Pertumbuhan
dan perkembangan anak amat dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak tersebut
berada. Lingkungan yang berbeda memunngkinkan pengaruh yang berbeda pula
terhadap perkembangan anak.
Menurut Wasty
Soemanto, faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar
seorang individu, baik yang bersifat
fisiologis, pikologis, maupun sosio-kultural yang dapat mempengaruhi atau
membuat kepribadian seorang individu. Faktor lingkungan yang kompleks dan terus
berkembang akan mempengaruhi proses terbentuknya perbedaan individu mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, teman bermain, dan lingkungan sosial kultural yang lebih luas. Dalam
lingkup kajian psikologi pendidikan, secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan munculnya
perbedaan individu adalah perbedaan lingkungan alam dan perbedaan lingkungan
sosial.
1)
Lingkungan Alam atau Lingkungan yang statis
Lingkungan alam
yang statis berpengaruh pada fisik dan psikologis individu. Misalnya saja orang
yang tinggal di daerah pegunungan, berbeda dengan perkotaan yang cenderung
datar. Secara fisik orang pegunungan lebih kuat dan lebih sehat dengan
paru-paru yang bersih dibandingkan
orang-orang perkotaan yang cenderung lebih banyak menghirup udara penuh polusi.
Kondisi tersebut berdampak pada perbedaan mata pencaharian yang pola hidup yang
dijalani. Secara psikologis, perbedaan alam lingkungan pedesaan dan perkotaan
akan terlihat dalam pola pergaulan dan sosialisasi masyarakatnya. Siswa yang
hidup diperkotaan, cenderung leih individualis dibandingkan dari individu desa, karena individu desa lebih
memiliki sikap yang ramah, kekeluargaan, dan sebagainya.
2)
Lingkungan Sosial atau Lingkungan yang Dinamis
Lingkungan
sosial memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan lingkungan alam
dalam membentuk perbedaan individu secara psikologis. Beberapa kondisi dan
faktor yang mempengaruhi munculnya perbedaan individu yang termasuk dalam
faktorlingkungan dinamis:
a)
Status sosial ekonomi keluarga
Tingkat
pendidikan orang tua berpengaruh pada perkembangan individu sejak kecil hingga
dewasa. Misalnya, semakin tinggi tingkat pendidikan maa cara pandang dalam mendidik
dan aspirasi terhadap pendidikan bagi anak juga semakin tinggi. Berbeda dengan
jenis pendidikan, perbedaan jenis pekerjaan lebih banyak mempengaruhi individu dalam hal sikap
mental dan pola pikir. Misalnya individu dari keluarga militer memiliki
kecenderungan mendidik anak lebih disiplin, yang tentunya berbeda dengan
keluarga pengusaha, petani, dan pemulung. Perbedaan jumlah penghasilan orang
tua juga berdampak pada pemenuhan-pemenuhan individu dalam bentuk dalam
pemenuhan fasilitas dan sarana belajar, pemenuhan pendidikan tambahan dan
pendampingan bagi anaknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahlsten dalam
sugihartono dkk. yang mengkaji hubungan status sosial ekonomi (terutama
penghasilan orang tua) terhadap kecerdasan menunjukkan bahwa perpindahan seorang
anak dari keluarga sosial ekonomi rendah menuju sosial ekonomi tinggi berdampak
pada meningkatnya IQ anak sebanyak 12-16 poin.
b)
Pola asuh orang tua dalam keluarga
Pola asuh
orang tua dalam keluarga terbagi dalam beberapa macam pola, yaitu pola otoriter,
pola permisif, dan pola autoritatif/ demokratis. Pola asuh
otoriter menekankan adanya pengawasan penuh orang terhadap anak untuk
memebentuk ketaatan dan kepatuhan anak secara kaku kepada orang tua. Orang tua
sangat tegas dan mengekang sehingga anak menjadi kurang inisiatif dan peragu selalu taakut utuk melakukan
apapun karena takut berbuat kesalahan. Pada pola asuh permisif, orang
tua lebih memberikan kebebasan penuh pada anak untuk mengatur dirinya.
Sementara pola asuh autoritatif lebih demokratis karena memerhatikan hak
dan kewajiban orang tua dananak yang saling melengkapi, melatih anak
bertanggung jawab dan disiplin sesuai dengan kehendaknya dengan pengawasan
orang tua.
c)
Budaya masyarakat setempat
Lingkungan
masyarakat berpengaruh dalam bentuk psikologis atau perilaku individu. Misalnya
saja, individu yang tinggal di dalam masyarakat yang kebanyakan memliki hobi
bersepeda, akan menjadi individu yang hoobi juga bersepeda, yang tinggal dalam
lingkungan alim akan menjadi alim dan pandai dan yang hidup di lingkungan
“orang-orang jahat” akan ikut menjadi jahat. Dengan demikian, perbedaan
individu terbentuk dari pergaulan,
dengan siapa dia bergaul, kemana mereka pergi, stimulus-stimulus apa
yang mereka terima dari keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan sebaginya akan
menimbulkan munculnya perbedaan pada masing-masing individdu.
d)
Urutan kelahiran siswa dalam keluarga
Menurut
Sugihartono dkk. anak sulung cenderung akan memiliki kepribadian yang teliti,
berambisi, cenderung memilki prestasi, lebih baik dan agresif. Anak tengah
cenderung memiliki kepribadian yang lebih mudah bergaul, memiliki rasa setia
kawan yang tinggi serta susah menjalin hubungan dengan siapa pun, cenderung
belajar mandiri, kemampuan sosialisasinya yang baik, serta mencari dukungan
teman sebaya. Sementara kepribadian anak bungsu akan cenderung lebih
kreatif, lebih menarik perhatian, dan
selalu ingin memperoleh perlakuan yang sama.
Anak tunggal
menurut Sugihartono dkk. memiliki kepribadian yang lebih banyak mengaharapkan
dari orang lain, tidak senang dikritik, kurang fleksibel, dan bersikap
perfeksionis dalam segala hal. Dengan demikian, perbedaan individu dapat muncul
akibat adanya pengaruh genetik dari orang tua dan didukung oleh kondisi
lingkungan sekitarnya.
2.
Macam-macam Perbedaan Individu
Perbedaan
individu menujukkan pada banyak variansi dan variabilitas dari
perbedaan-perbedan yang dimiliki oleh individu. Perbedaan individu yang sangat
kompleks tidak sepenuhnya diperhatikan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran,
bahkan oleh seorang ahli pembelajaran sekalipun.
Perbedaan
individu dibedakan menjadi dua yaitu perbedaan individu dari aspek jasmani dan
perbedaan individu dari aspek kejiwaan (psikis). Pada perbedaan individu
dari aspek jasmani ini meliputi keseluruhan konstitusi tubuh manusia yang
secara kasat mata dapat dilihat. Artinya, perbedaan ini dapat di perhatikan
dari aspek jasmani. Misalkan saja, pada siswa satu kelas, diantara para
siswa-siswa tidak ada individu yang sama persis dengan individu lainnya. Mereka
berbeda fisik. Seperti tinggi tubuh, bentuk hidung, bentuk telinga, hingga
warna rambut atau warna kulit sekalipun. Pada individu yang sama (kembar),
tidak menutup kemungkinan ada suatu bentuk fisik yang berbeda. Misalnya, tahi
lalat. Uraian tersebut merupakan gambaran aspek perbedaan fisik pada individu
manusia.[6]
Fudyartanto
(2002) memerinci perbedaan individu pada aspek kejiwaan (psikis) secara
garis besar meliputi:
1.
Bakat
Bakat
merupakan suatu kemampuan individu yang kelihatan menonjol jika dibandingkan
dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Misalnya, Denok terlihat sangat jelas
kemampuannya yang sangat baik dalam bidang hitung menghitung atau matematika,
Tomy lebih menonjol kemampuannya di bidang menggambar (seni rupa) karena telah
beberapa kali keluar sebagai juara renang dalam berbagai perlombaan baik, Rini
tampak menonjol kemampuannya di bidang berpidato didepan umum, Joko tampak
menonjol keterampilannya menganyam rotan untuk dibuat menjadi berbagai barang
kerajinan rumah tangga, Anton tampak menonjol keterampilannya dalam mereparasi
sepeda motor dan lain-lain. Dikatakan kemampuan-kemampuan khusus yang tampak
menonjol pada individu tersebut dinamakan bakat (aptitude) atau sering
disebut talent.
2.
Sikap (attitude)
Sikap
merupakan kecenderungan untuk hidup, berperasaan dan berpikir secara tertentu
atau menurut ukuran-ukuran tertentu. Sikap merupakan cara bertingkah laku
seseorang secara khas yang tertuju kepada orang-orang atau kelompok-kelompok
ataupun dapat juga ditunjukkan kepada persoalan-persoalan tertentu. Contohnya,
sikap terhadap kemalasan seorang murid untuk belajar, sikap seseorang atau
individu dalam menanggapi orang lain yang mempunyai kebiasaan merokok atau minum
minuman keras atau narkoba dan lain sebagainya.
3.
Cita-cita
Cita-cita
merupakan suatu standar tentang nilai-nilainya. Cita-cita dijadikan sebagai
kriteria ahli psikologi untuk mengukur tingkah laku individu. Cita-cita
memengaruhi sikap hidup seseorang, seperti murah hati keadilan, kebebasan, dan
lain-lain.
4.
Minat
Minat adalah
kesadaran seseorang bahwa sesuatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu
situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Misalnya, minat primitif yang
timbul dari kebutuhan jaringan tubuh seperti makan, konfortasi, dan kebebasan.
Juga minat kultural yang berkaitan dengan kebudayaan seperti minat terhadap
buku bacaan atau menonton kesenian.
5.
Hobi
Hobi merupakan
kesenangan seseorang kepada suatu objek. Misalnya, seseorang mempunyai hobi
menonton sepak bola, menonton olahraga berkuda, memancing dan lain-lain.
6.
Motif
Motif
merupakan suatu dorongan seseorang untuk berbuat sesuatu. Menurut ahli
psikologi ada bermacam-macam motif yang dijumpai kepada seseorang. Misalnya:
a.
Motif organis adalah motif-motif yang
berhubungan dengna kebutuhan biologis. Misalnya, motif bernapas, motif makan, motif
minum dan motif seks.
b.
Motif darurat adalah motif-motif yang timbul
dalam keadaan gawat. Misalnya, motif melawan bahaya atau ancaman binatang buas,
motif lari karena ketakutan terhadap sesuatu dan lain-lain.
c.
Motif objektif adalah motif yang berhubungan
dengan hal-hal yang objektif yang ada manfaatnya. Misalnnya membaca, belajar
dan lain-lain.
7.
Perhatian
Perhatian
merupakan langkah pemusatan kesadaran jiwa kepada suatu sasaran. Misalnya anak
memerhatikan hewan jinak, guru memerhatikan muridnya di sekolah dan lain
sebagainya.
8.
Kehendak
Kehendak
merupakan dorongan untuk menerjakan atau memiliki sesuatu. Kehendak seseorang
ada kaitannya dengan keinginan individu yang bersangkutan.
9.
Perasaan
Perasaan
merupakan keadaan atau suasana jiwa pada suatu saat. Perasaan bersifat
subjektif. misalnya rasa senang terhadap pengalaman tertentu, susah atau sedih
terhadap pengalaman tertentu, benci pada seseorang atau suatu hal dan
lain-lain.
10.
Afeksi
Afeksi adalah
suatu yang sangat mendalam yang ada pada individu, seperti rasa sedih, rasa
sayang, rasa cinta, rasa dendam, dan lain-lain.
11.
Emosi
Emosi adalah
suatu perasaan yang kuat dan disertai gejala jasmaniah. Misalnya emosi marah,
takut, terkejut dan lain sebagainya. individu atau seseorng yang sedang marah
biasanya menunjukkan raut muka murah, anak yang sedang dihinggapi ketakutan
yang amat sangat wajahnya pucat pasi, dan lain-lain.
12.
Kecerdasan
Kecerdasan
adalah kemampuan seseorang unutk mengerjakan tugas yang sukar dan kompleks
dengan cepat dan benar, efektif, dan efisien. perbedaan kecerdasan
individu ditunjukkan dengan
golongan-golongan IQ yang di dapat dari tes kecerdasan seperti telah dibahas
pada bab sebelumnya.
Sebetulnya
hal-hal yang membedakan individu yang satu dengan individu yang lainnya
ditinjau dari aspek psikologi tidak hanya terbatas pada hal-hal yang telah
disebtkan tadi. Masih terhadap hal-hal lain yang kesemuanya berkaitan dengan
perilaku individu atau kemampuan jiwa individu dimaksud. Setiap aspek yang
melekat pada individu merupan penentu kualitas individu yang membedakan dirinya
dengan orang lain.
Menurut Garry 1963 mengategorikan perbedaan-perbedaan
individual ke dalam bidang-bidang berikut:
1.
Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat
badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan dan kemampuan bertindak.
2.
Perbedaan sosial termasuk status ekonomi,
agama, hubungan keluarga dan suku
3.
Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif,
minat, dan sikap.
4.
Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
5.
Perbedaan kecakapan atau kepandaian di
sekolah.
Perbedaan-perbedaan
tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah.
Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih atau kkurang dari
bidang tertentu dibandingkan dari orang lain. Sebagian manusia lebihmampu dalam
bidang seni atau bidang ekspresi yang lain, seperti olahraga dan keterampilan, sebagian lagi
dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan.
D.
Aplikasi Teori Perbedaan Individu Siswa dalam
Proses Pembelajaran
Perbedaan
individu sudah pasti akan berdampak pada tingkat kecepatan, metode, dan
aktivitas siswa dalam belajar dan mengikuti proses pembelajaran. Oleh sebab itu
guru perlu memahami dengan baik kondisi dan karakteristik belajar siswanya.
Menurut Sugihartono dkk., terdapat banyak program pengajaran yang dirancang
sebagai dampak adanya perbedaan individu dalam belajar. program-progam
pengajaran berbasis perbedaan individual tersebut dirancang terutama berkaitan
dengan tingkat kecepatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun demikian,
yang paling dilaksanakan adalah pengajaran remidial, program pengayaan (enrichment)
dan program percepatan (acceleration).
1.
Program remidial
Program
pengajaran remidial merupakan bentuk pengajaran yang khusus diberikan pada
siswa yang mengalami hambatan belajar. Siswa yang mengalami hambatan belajar
dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan
siswa satu kelas pada umumnya. Program remedial dapat dilakukan dengan cara
memberikan jam pelajaran tambahan atau tugas tambahan baik secara individual
ataupun kelompok sehingga mereka dapat mengejar ketertinggalan materi pelejaran
dari kelas reguler.
Pengajaran
remedial hanya memberikan materi pelajaran yang hanya benar-benar tidak
dipahami atau susah dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu adanya fokus materi pelajaran yang diberikan
diharapkan dapat membantu siswa mengejar ketertinggalan materi pelajaran dan
kembali mengikuti kelas reguler serta mencapai hasil belajar yang optimal.
2.
Program Pengayaan (enrichment)
Program
ppengayaan merupakan proses pembalajaran, yang mana pemberian materi pelajaran
disesuaikan dengan potensi dan kecerdasan istimewa yang dimiliki sisa pengayaaan
diberikan pada siswa yang telah menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan tuntas
dalam bentuk kesempattan dan fasilitas belajar yang sifatnya perluasan dan
pendalaman materi melalui tugas-tugas tertentu, baik membaca, mencatat,
mengamati, dan sebagainya. Pelaksanaannya sangat dimungkinkan dengan bersamaan
dengan kegiatan remedial. Hal ini disebabkan, pelaksanaan remedial dan
pengayaan dilaksanaan remedial dan pengayaan dilaksanakan setelah kegiatan
evaluasi atau ujian dan belum membahas materi pelajaran baru.
3.
Program Percepatan (acceleration)
Program
percepatan meruapakan pemberian layanan program pembelajaran yang disesuaikan
dengan bakat, kemampuan, tingkat kecepatan dalam belajar, dan kecerdasanistimea
yang dimiliki siswa. Bentuk umum yang digunakan adalah dalam bentuk kenaikan
kelas atau tingkat yang lebih cepat dari siswa pada umumnya sehingga siswa yang
bersangkutan dapat menyelesaikan program pendidikan reguler dengan lebih cepat.
Menurut Horney
dalam Sugihartono dkk. padadasarnya terdapat strategi yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran dengan tetap memerhatikan perbedaan individual dalam
belajar.
a.
Guru memahami gaya belajar siswa kemudian
menyediakan lingkungan dan proses pembelajaran yang sesuai kebutuhan gaya
belajar siswa.
b.
Penyampaian materi didukung penggunaan
multimedia dan multimetode.
c.
Menggunakan pendekatan belajar eklektik dan
fleksibel.
d.
Guru menggunakan kombinasi cooperative
learning, pembelajaran individual, pembelajran kelompok, pembelajaran
berpuat pada guru, dan pembelajaran berpusat pada siswa.
e.
Guru menggunakan alat-alat dan media
pembelajaran yang mengandung multysensory untuk membantu siswa
memperoleh, memproses, dan mempraktikan informasi yang diterima.
f.
Guru memberikan umpan balik selama prooses
pembelajaran dengan segera, konsisten, dan jelas.
g.
Guru mengevaluasi pencapaian program belajar
siswa berdasarkan tujuan atau syarat-syarat pencapaian yang telah ditentukan,
melakukan observasi perilaku, dan juga keterlibatan siswa selama proses
pembelajaran.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di
atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Manusia merupakan kesatuan psikofisis
atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Baik karakteristik
bawaan maupun karakteristik yang dipengaruhi lingkungan.
2.
Perbedaan individu dalam pendidikan dan
pembelajaran menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan
perbedaan siswa dalam hal berpikir, berperasaan, dan bertindak dalam satu kelas.
3.
Faktor-faktor yang memengaruhi menyebabkan
munculnya perbedaan individu adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan yang
meliputi lingkungan alam atau lingkungan yang statis dan lingkungan sosial atau
lingkungan yang dinamis. Selain sumber-sumber perbedaan individu juga terdapat
macam-macam perbedaan individu yang meliputi: bakat, sikap (attitude),
cita-cita, minat, hobi, motif, perhatian, kehendak, perasaan, afeksi, emosi, kecerdasan.
4.
Kemudian pengaplikasian teori perbedaan
individu siswa dalam proses pembelajaran adalah dalam program remidial, program
pengayaan (enrichment) dan program percepatan (acceleration).
B.
Saran
Dalam proses
pembelajaran, guru diharapkan mampu memahami karakter peserta didik yang di
ajarnya, sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan baik. Semoga makalah
ini dapat memberikan pelajaran dan manfaat bagi penulis dan pembeca, apa bia
ada kekurangan dari makalah ini diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Supaya dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Irham, Muhamad,
dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014.
Prawira, Purwa
Atwaja, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.
Sunarto dan
Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2010.
Syaodih, Nana
Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2009.

[1] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 3.
[3] Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm. 67.
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009), hlm. 57
[5] Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi
Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, hlm. 69.
[6] Purwa Atwaja Prawira, Psikologi Pendidikan
dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 199.
[7] Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran, hlm. 109.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar