Selasa, 05 April 2016

Realitas Perbedaan Individu dan Aplikasinya dalam Pendidikan



Realitas Perbedaan Individu dan Aplikasinya dalam Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Setiap individu yang terlahir di dunia berbeda satu sama lain, tidak ada individu yang sama persis di dunia baik dalam fisik maupun psikis-nya. Masing-masing individu memiliki fisik, sifat, perilaku, kebiasaan-kebiasaan yang beragam. Bahkan perbedaan-perbedaan akan selalau ada meskipun pada individu yang terlahir kembar identik sekalipun.
Perbedaan individu sesungguhnya merupakan sebuah kodrat atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Menurut catatan sejarah manusia, Tuhan menciptakan manusia pertama kali bernama Adam yang berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, Tuhan menciptakan Hawa yang berjenis kelamin perempuan.
Perbedaan tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas yang mereka ikuti. Misalnya ada siswa yang mampu memahami materi pelajaran dengan cepat dan ada pula siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Oleh sebab itu, sebagai seorang tenaga pendidik, diharapkan mampu memahami dan mengerti perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa. Hal tersebut sangat penting karena dengan mengetahui perbedaan-perbedaan pada individu diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran di dalalm kelas agar lebih efektif dan efisien.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian individu dan karakteristiknya?
2.    Bagaimana konsep dasar perbedaan individu?
3.    Apa saja area perbedaan individu?
4.    Bagaimana aplikasi teori perbedaan individu siswa dalam proses pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Individu dan Karakteristiknya
1.      Pengertian Individu
Manusia adalah  makhluk yang  dapat  dipandang dari berbagai sudut pandang.  sejak lahir, bahkan sejak masih didalam  kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrat manusia yang harus mendapat  perhatian secara sesama.
2.      Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri  dan sifat  atau karakteristik bawaan (heredity)  dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.[1]
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.[2] Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak dan bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing perangsang tersebut, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologi demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibaa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
B.     Konsep Dasar Perbadaan Individu.
Masing-masing individu pada umumnya memiliki kesamaan. Namun demikian, masing-masing individu juga memiliki perbedaan, seperti alat indera masing-masing individu tidak sama bentuk dan ukurannya, tangan dan kakinya, rambut dan sebagainya. Juga terkait kecerdasan, kemampuan otak, perasaan serta keterampilan masing-masing individu berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang kemudian diterjemahkan sebagai perbedaan individu.
Perbedaan individu berkaitan dengan pembahasan dalam psikologi kepribadian yang membahas tentang perbedaan-perbedaan dan persamaan secara psikologis antar individu dalam lingkungan sosialnya. Perbedaan individu dalam pendidikan dan pembelajaran menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan perbedaan siswa dalam hal berpikir, berperasaan, dan bertindak dalam satu kelas. Hal ini sangat penting dikaji dan dipahami oleh guru, disebabkan salah satu karakteristik pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang memerhatikan dan merespons kebutuhan siswa. Selain itu, proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik apabila guru mampu mengerti, memahami, dan memerhatikan perbedaan-perbedaan siswa dalam hal kemampuan (ability), kesepian dan kematangan (maturity), dan kecepatan belajarnya.
Perbedaan individu merupakan sebuah kenyataan tentang adanya perbedaan-perbedaan pada setiap siswa. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi fisik maupun psikologis dengan berbagai macam variasi dan jenis yang akan memengaruhi proses belajar dan pembelajaran. Hasilnya, keberhasilan maupun kegagalan proses pembelajaran akan terlihat dalam bentuk prestasi belajar dan perilaku siswa sebagai hasil belajar. Artinya, prestasi belajar yang baik menunjukkan adanya proses belajar dan pembelajaran yang baik. Sebaliknya, proses belajar dan pembelajaran yang kurang baik akan terlihat dari mayoritas prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan.[3]
C.    Area Perbedaan Individu
1.    Sumber-sumber Perbedaan Individu
Perbedaan yang muncul pada individu kembar identik, menunjukkan bahwa perbedaan antara satu individu dengan individu yang lainnya yang merupakan sebuah kepercayaan. Banyak pihak berpendapat tentang penyebab munculnya perbedaan-perbedaan pada setiap diri manusia.
Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaan atau saling mendekatkan diri.[4] Namun demikian, secara umum faktor-faktor yang memengaruhi menyebabkan munculnya perbedaan individu adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan.
a.    Faktor Bawaan
Faktor bawaan disebut juga sebagai faktor keturunan, yaitu merupakan faktor biologis yang diwariskan melalui mekanisme genetika dari generasi ke generasi. Sehingga individu sudah memelliki pootensi  sejak lahir di dunia. Menurut Wasty Soemanto (2006: 82), faktor bawaan atau hereditas merupakan proses pewarisan atau pemindahan faktor-faktor biologis sebagai karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Faktor bawaan ditentukan oleh kromosom yang dibawa dari ibu melalui sel telur/ovum dan dari bapak malalui spermatozoa.
Perbedaan gen pada setiap individu merupakan alasan mengapa muncul perbedaan fisik, sifat, psikologis, dan perilaku dengan orang lain bahkan dengan saudara sendiri. Masing-masing  gen mengandung petunjuk prooduksi protein yang akan membentuk tubuh, kekuatan fisik, kecerdasan, sifat, dan perilaku lainnya sebagai sifat-sifat turunan dari orang tuanya. Namun demikian faktor bawaan ini tidak serta-merta menjadi faktor yang paling menetukan munculnya perbedaan individu. Faktor lain juga mempengaruhi perbedaan individu adalah faktor lingkungan. Hal ini disebabkan setiap individu akan selalu hidup dan berkembang di sebuah lingkungan tertentu serta tidak akan pernah berada dalam lingkungan ynag sama persis.[5]
b.    Faktor Lingkungan
Perkembangan individu tidak saja ditentukan  oleh faktor pembawaan lahir, tetapi juga ditentukan oleh pengaruh lingkungan di sekitarnya. Misalkan saja, anak yang terlahir di keluarga yang kaya akan berbeda perilakunya dengan anak yang terlahir di keluarga yang miskin. Pertumbuhan dan perkembangan anak amat dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak tersebut berada. Lingkungan yang berbeda memunngkinkan pengaruh yang berbeda pula terhadap perkembangan anak.
Menurut Wasty Soemanto, faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar seorang  individu, baik yang bersifat fisiologis, pikologis, maupun sosio-kultural yang dapat mempengaruhi atau membuat kepribadian seorang individu. Faktor lingkungan yang kompleks dan terus berkembang akan mempengaruhi proses terbentuknya perbedaan individu mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, teman bermain, dan lingkungan  sosial kultural yang lebih luas. Dalam lingkup kajian psikologi pendidikan, secara garis besar  faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perbedaan individu adalah perbedaan lingkungan alam dan perbedaan lingkungan sosial.
1)   Lingkungan Alam atau Lingkungan yang statis
Lingkungan alam yang statis berpengaruh pada fisik dan psikologis individu. Misalnya saja orang yang tinggal di daerah pegunungan, berbeda dengan perkotaan yang cenderung datar. Secara fisik orang pegunungan lebih kuat dan lebih sehat dengan paru-paru  yang bersih dibandingkan orang-orang perkotaan yang cenderung lebih banyak menghirup udara penuh polusi. Kondisi tersebut berdampak pada perbedaan mata pencaharian yang pola hidup yang dijalani. Secara psikologis, perbedaan alam lingkungan pedesaan dan perkotaan akan terlihat dalam pola pergaulan dan sosialisasi masyarakatnya. Siswa yang hidup diperkotaan, cenderung leih individualis dibandingkan dari  individu desa, karena individu desa lebih memiliki sikap yang ramah, kekeluargaan, dan sebagainya.
2)   Lingkungan Sosial atau Lingkungan yang Dinamis
Lingkungan sosial memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan lingkungan alam dalam membentuk perbedaan individu secara psikologis. Beberapa kondisi dan faktor yang mempengaruhi munculnya perbedaan individu yang termasuk dalam faktorlingkungan dinamis:
a)    Status sosial ekonomi keluarga
Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh pada perkembangan individu sejak kecil hingga dewasa. Misalnya, semakin tinggi tingkat pendidikan maa cara pandang dalam mendidik dan aspirasi terhadap pendidikan bagi anak juga semakin tinggi. Berbeda dengan jenis pendidikan, perbedaan jenis pekerjaan lebih  banyak mempengaruhi individu dalam hal sikap mental dan pola pikir. Misalnya individu dari keluarga militer memiliki kecenderungan mendidik anak lebih disiplin, yang tentunya berbeda dengan keluarga pengusaha, petani, dan pemulung. Perbedaan jumlah penghasilan orang tua juga berdampak pada pemenuhan-pemenuhan individu dalam bentuk dalam pemenuhan fasilitas dan sarana belajar, pemenuhan pendidikan tambahan dan pendampingan bagi anaknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahlsten dalam sugihartono dkk. yang mengkaji hubungan status sosial ekonomi (terutama penghasilan orang tua) terhadap kecerdasan menunjukkan bahwa perpindahan seorang anak dari keluarga sosial ekonomi rendah menuju sosial ekonomi tinggi berdampak pada meningkatnya IQ anak sebanyak 12-16 poin.
b)   Pola asuh orang tua dalam keluarga
Pola asuh orang tua dalam keluarga terbagi dalam beberapa macam pola, yaitu pola otoriter, pola permisif, dan pola autoritatif/ demokratis. Pola asuh otoriter menekankan adanya pengawasan penuh orang terhadap anak untuk memebentuk ketaatan dan kepatuhan anak secara kaku kepada orang tua. Orang tua sangat tegas dan mengekang sehingga anak menjadi kurang inisiatif  dan peragu selalu taakut utuk melakukan apapun karena takut berbuat kesalahan. Pada pola asuh permisif, orang tua lebih memberikan kebebasan penuh pada anak untuk mengatur dirinya. Sementara pola asuh autoritatif lebih demokratis karena memerhatikan hak dan kewajiban orang tua dananak yang saling melengkapi, melatih anak bertanggung jawab dan disiplin sesuai dengan kehendaknya dengan pengawasan orang tua.
c)    Budaya masyarakat setempat
Lingkungan masyarakat berpengaruh dalam bentuk psikologis atau perilaku individu. Misalnya saja, individu yang tinggal di dalam masyarakat yang kebanyakan memliki hobi bersepeda, akan menjadi individu yang hoobi juga bersepeda, yang tinggal dalam lingkungan alim akan menjadi alim dan pandai dan yang hidup di lingkungan “orang-orang jahat” akan ikut menjadi jahat. Dengan demikian, perbedaan individu terbentuk dari pergaulan,  dengan siapa dia bergaul, kemana mereka pergi, stimulus-stimulus apa yang mereka terima dari keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan sebaginya akan menimbulkan munculnya perbedaan pada masing-masing individdu.
d)   Urutan kelahiran siswa dalam keluarga
Menurut Sugihartono dkk. anak sulung cenderung akan memiliki kepribadian yang teliti, berambisi, cenderung memilki prestasi, lebih baik dan agresif. Anak tengah cenderung memiliki kepribadian yang lebih mudah bergaul, memiliki rasa setia kawan yang tinggi serta susah menjalin hubungan dengan siapa pun, cenderung belajar mandiri, kemampuan sosialisasinya yang baik, serta mencari dukungan teman sebaya. Sementara kepribadian anak bungsu akan cenderung lebih kreatif,  lebih menarik perhatian, dan selalu ingin memperoleh perlakuan yang sama.
Anak tunggal menurut Sugihartono dkk. memiliki kepribadian yang lebih banyak mengaharapkan dari orang lain, tidak senang dikritik, kurang fleksibel, dan bersikap perfeksionis dalam segala hal. Dengan demikian, perbedaan individu dapat muncul akibat adanya pengaruh genetik dari orang tua dan didukung oleh kondisi lingkungan sekitarnya.
2.    Macam-macam Perbedaan Individu
Perbedaan individu menujukkan pada banyak variansi dan variabilitas dari perbedaan-perbedan yang dimiliki oleh individu. Perbedaan individu yang sangat kompleks tidak sepenuhnya diperhatikan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, bahkan  oleh  seorang ahli pembelajaran sekalipun.
Perbedaan individu dibedakan menjadi dua yaitu perbedaan individu dari aspek jasmani dan perbedaan individu dari aspek kejiwaan (psikis). Pada perbedaan individu dari aspek jasmani ini meliputi keseluruhan konstitusi tubuh manusia yang secara kasat mata dapat dilihat. Artinya, perbedaan ini dapat di perhatikan dari aspek jasmani. Misalkan saja, pada siswa satu kelas, diantara para siswa-siswa tidak ada individu yang sama persis dengan individu lainnya. Mereka berbeda fisik. Seperti tinggi tubuh, bentuk hidung, bentuk telinga, hingga warna rambut atau warna kulit sekalipun. Pada individu yang sama (kembar), tidak menutup kemungkinan ada suatu bentuk fisik yang berbeda. Misalnya, tahi lalat. Uraian tersebut merupakan gambaran aspek perbedaan fisik pada individu manusia.[6]
Fudyartanto (2002) memerinci perbedaan individu pada aspek kejiwaan (psikis) secara garis besar meliputi:
1.    Bakat
Bakat merupakan suatu kemampuan individu yang kelihatan menonjol jika dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Misalnya, Denok terlihat sangat jelas kemampuannya yang sangat baik dalam bidang hitung menghitung atau matematika, Tomy lebih menonjol kemampuannya di bidang menggambar (seni rupa) karena telah beberapa kali keluar sebagai juara renang dalam berbagai perlombaan baik, Rini tampak menonjol kemampuannya di bidang berpidato didepan umum, Joko tampak menonjol keterampilannya menganyam rotan untuk dibuat menjadi berbagai barang kerajinan rumah tangga, Anton tampak menonjol keterampilannya dalam mereparasi sepeda motor dan lain-lain. Dikatakan kemampuan-kemampuan khusus yang tampak menonjol pada individu tersebut dinamakan bakat (aptitude) atau sering disebut talent.
2.    Sikap (attitude)
Sikap merupakan kecenderungan untuk hidup, berperasaan dan berpikir secara tertentu atau menurut ukuran-ukuran tertentu. Sikap merupakan cara bertingkah laku seseorang secara khas yang tertuju kepada orang-orang atau kelompok-kelompok ataupun dapat juga ditunjukkan kepada persoalan-persoalan tertentu. Contohnya, sikap terhadap kemalasan seorang murid untuk belajar, sikap seseorang atau individu dalam menanggapi orang lain yang mempunyai kebiasaan merokok atau minum minuman keras atau narkoba dan lain sebagainya.
3.    Cita-cita
Cita-cita merupakan suatu standar tentang nilai-nilainya. Cita-cita dijadikan sebagai kriteria ahli psikologi untuk mengukur tingkah laku individu. Cita-cita memengaruhi sikap hidup seseorang, seperti murah hati keadilan, kebebasan, dan lain-lain.
4.    Minat
Minat adalah kesadaran seseorang bahwa sesuatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Misalnya, minat primitif yang timbul dari kebutuhan jaringan tubuh seperti makan, konfortasi, dan kebebasan. Juga minat kultural yang berkaitan dengan kebudayaan seperti minat terhadap buku bacaan atau menonton kesenian.


5.    Hobi
Hobi merupakan kesenangan seseorang kepada suatu objek. Misalnya, seseorang mempunyai hobi menonton sepak bola, menonton olahraga berkuda, memancing dan lain-lain.
6.    Motif
Motif merupakan suatu dorongan seseorang untuk berbuat sesuatu. Menurut ahli psikologi ada bermacam-macam motif yang dijumpai kepada seseorang. Misalnya:
a.    Motif organis adalah motif-motif yang berhubungan dengna kebutuhan biologis. Misalnya, motif bernapas, motif makan, motif minum dan motif seks.
b.    Motif darurat adalah motif-motif yang timbul dalam keadaan gawat. Misalnya, motif melawan bahaya atau ancaman binatang buas, motif lari karena ketakutan terhadap sesuatu dan lain-lain.
c.    Motif objektif adalah motif yang berhubungan dengan hal-hal yang objektif yang ada manfaatnya. Misalnnya membaca, belajar dan lain-lain.
7.    Perhatian
Perhatian merupakan langkah pemusatan kesadaran jiwa kepada suatu sasaran. Misalnya anak memerhatikan hewan jinak, guru memerhatikan muridnya di sekolah dan lain sebagainya.
8.    Kehendak
Kehendak merupakan dorongan untuk menerjakan atau memiliki sesuatu. Kehendak seseorang ada kaitannya dengan keinginan individu yang bersangkutan.

9.     Perasaan
Perasaan merupakan keadaan atau suasana jiwa pada suatu saat. Perasaan bersifat subjektif. misalnya rasa senang terhadap pengalaman tertentu, susah atau sedih terhadap pengalaman tertentu, benci pada seseorang atau suatu hal dan lain-lain.
10.     Afeksi
Afeksi adalah suatu yang sangat mendalam yang ada pada individu, seperti rasa sedih, rasa sayang, rasa cinta, rasa dendam, dan lain-lain.
11.     Emosi
Emosi adalah suatu perasaan yang kuat dan disertai gejala jasmaniah. Misalnya emosi marah, takut, terkejut dan lain sebagainya. individu atau seseorng yang sedang marah biasanya menunjukkan raut muka murah, anak yang sedang dihinggapi ketakutan yang amat sangat wajahnya pucat pasi, dan lain-lain.
12.     Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang unutk mengerjakan tugas yang sukar dan kompleks dengan cepat dan benar, efektif, dan efisien. perbedaan kecerdasan individu  ditunjukkan dengan golongan-golongan IQ yang di dapat dari tes kecerdasan seperti telah dibahas pada bab sebelumnya.
Sebetulnya hal-hal yang membedakan individu yang satu dengan individu yang lainnya ditinjau dari aspek psikologi tidak hanya terbatas pada hal-hal yang telah disebtkan tadi. Masih terhadap hal-hal lain yang kesemuanya berkaitan dengan perilaku individu atau kemampuan jiwa individu dimaksud. Setiap aspek yang melekat pada individu merupan penentu kualitas individu yang membedakan dirinya dengan orang lain.
 Menurut Garry 1963 mengategorikan perbedaan-perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
1.    Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan dan kemampuan bertindak.
2.    Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku
3.    Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4.    Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
5.    Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih atau kkurang dari bidang tertentu dibandingkan dari orang lain. Sebagian manusia lebihmampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain, seperti  olahraga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
D.    Aplikasi Teori Perbedaan Individu Siswa dalam Proses Pembelajaran
Perbedaan individu sudah pasti akan berdampak pada tingkat kecepatan, metode, dan aktivitas siswa dalam belajar dan mengikuti proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru perlu memahami dengan baik kondisi dan karakteristik belajar siswanya. Menurut Sugihartono dkk., terdapat banyak program pengajaran yang dirancang sebagai dampak adanya perbedaan individu dalam belajar. program-progam pengajaran berbasis perbedaan individual tersebut dirancang terutama berkaitan dengan tingkat kecepatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun demikian, yang paling dilaksanakan adalah pengajaran remidial, program pengayaan (enrichment) dan program percepatan (acceleration).

1.      Program remidial
Program pengajaran remidial merupakan bentuk pengajaran yang khusus diberikan pada siswa yang mengalami hambatan belajar. Siswa yang mengalami hambatan belajar dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan siswa satu kelas pada umumnya. Program remedial dapat dilakukan dengan cara memberikan jam pelajaran tambahan atau tugas tambahan baik secara individual ataupun kelompok sehingga mereka dapat mengejar ketertinggalan materi pelejaran dari kelas reguler.
Pengajaran remedial hanya memberikan materi pelajaran yang hanya benar-benar tidak dipahami atau susah dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu adanya  fokus materi pelajaran yang diberikan diharapkan dapat membantu siswa mengejar ketertinggalan materi pelajaran dan kembali mengikuti kelas reguler serta mencapai hasil belajar yang optimal.
2.      Program Pengayaan (enrichment)
Program ppengayaan merupakan proses pembalajaran, yang mana pemberian materi pelajaran disesuaikan dengan potensi dan kecerdasan istimewa yang dimiliki sisa pengayaaan diberikan pada siswa yang telah menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan tuntas dalam bentuk kesempattan dan fasilitas belajar yang sifatnya perluasan dan pendalaman materi melalui tugas-tugas tertentu, baik membaca, mencatat, mengamati, dan sebagainya. Pelaksanaannya sangat dimungkinkan dengan bersamaan dengan kegiatan remedial. Hal ini disebabkan, pelaksanaan remedial dan pengayaan dilaksanaan remedial dan pengayaan dilaksanakan setelah kegiatan evaluasi atau ujian dan belum membahas materi pelajaran baru.
3.      Program Percepatan (acceleration)
Program percepatan meruapakan pemberian layanan program pembelajaran yang disesuaikan dengan bakat, kemampuan, tingkat kecepatan dalam belajar, dan kecerdasanistimea yang dimiliki siswa. Bentuk umum yang digunakan adalah dalam bentuk kenaikan kelas atau tingkat yang lebih cepat dari siswa pada umumnya sehingga siswa yang bersangkutan dapat menyelesaikan program pendidikan reguler dengan lebih cepat.
Menurut Horney dalam Sugihartono dkk. padadasarnya terdapat strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan tetap memerhatikan perbedaan individual dalam belajar.
a.       Guru memahami gaya belajar siswa kemudian menyediakan lingkungan dan proses pembelajaran yang sesuai kebutuhan gaya belajar siswa.
b.      Penyampaian materi didukung penggunaan multimedia dan multimetode.
c.       Menggunakan pendekatan belajar eklektik dan fleksibel.
d.      Guru menggunakan kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual, pembelajran kelompok, pembelajaran berpuat pada guru, dan pembelajaran berpusat pada siswa.
e.       Guru menggunakan alat-alat dan media pembelajaran yang mengandung multysensory untuk membantu siswa memperoleh, memproses, dan mempraktikan informasi yang diterima.
f.       Guru memberikan umpan balik selama prooses pembelajaran dengan segera, konsisten, dan jelas.
g.      Guru mengevaluasi pencapaian program belajar siswa berdasarkan tujuan atau syarat-syarat pencapaian yang telah ditentukan, melakukan observasi perilaku, dan juga keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.[7]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Baik karakteristik bawaan maupun karakteristik yang dipengaruhi lingkungan.
2.      Perbedaan individu dalam pendidikan dan pembelajaran menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan perbedaan siswa dalam hal berpikir, berperasaan, dan bertindak dalam satu kelas.
3.      Faktor-faktor yang memengaruhi menyebabkan munculnya perbedaan individu adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alam atau lingkungan yang statis dan lingkungan sosial atau lingkungan yang dinamis. Selain sumber-sumber perbedaan individu juga terdapat macam-macam perbedaan individu yang meliputi: bakat, sikap (attitude), cita-cita, minat, hobi, motif, perhatian, kehendak, perasaan, afeksi, emosi, kecerdasan.
4.      Kemudian pengaplikasian teori perbedaan individu siswa dalam proses pembelajaran adalah dalam program remidial, program pengayaan (enrichment) dan program percepatan (acceleration).
B.     Saran
Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan mampu memahami karakter peserta didik yang di ajarnya, sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan pelajaran dan manfaat bagi penulis dan pembeca, apa bia ada kekurangan dari makalah ini diharapkan kritik  dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Supaya dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Irham, Muhamad, dan  Novan Ardy Wiyani,  Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014.
Prawira, Purwa Atwaja, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja  Grafindo Persada, 2010.
Syaodih, Nana Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009.
 


[1] Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),  hlm. 3.
[2] Suryabrata, Psikologi Pendidikan,  (Jakarta: Raja  Grafindo Persada, 2010), hlm. 11.

[3] Muhamad Irham dan  Novan Ardy Wiyani,  Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm. 67.
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009), hlm. 57
[5] Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, hlm. 69.
[6] Purwa Atwaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 199.
[7] Muhamad Irham dan  Novan Ardy Wiyani,  Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, hlm. 109.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar